Tujuan
penatalaksanaan (PDPI, 2003; PDPI, 2010):
·
Mengurangi gejala
·
Mencegah eksaserbasi berulang
·
Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
·
Meningkatkan kualitas hidup
penderita
Berdasarkan atas bentuk klinis, terapi PPOK dapat di
bagi atas tiga bagian (Rab, 2010):
·
PPOK yang stabil
·
PPOK yang mengalami eksaserbasi
·
PPOK yang memerlukan ventilator
PPOK yang
stabil
Tujuan
penatalaksanaan pada keadaan stabil (PDPI, 2003):
·
Mempertahankan fungsi paru
·
Meningkatkan kualiti hidup
·
Mencegah eksaserbasi
Penatalaksanaan PPOK stabil dilaksanakan di poliklinik
sebagai evaluasi berkala atau dirumah untuk mempertahankan PPOK yang stabil dan
mencegah eksaserbasi (PDPI, 2003).
PPOK yang mengalami eksaserbasi (PDPI, 2003, GOLD, 2010; Rab, 2010)
Eksaserbasi
akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya. Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi atau faktor lainnya seperti
polusi udara, kelelahan atau timbulnya komplikasi (PDPI, 2003).
Gejala
yang menandakan terjadinya eksaserbasi adalah (Rab, 2010):
·
Batuk yang keras, panjang dan berulang
·
Dispnea
·
Sputum yang mengental
·
Brinkospasme dan obstruksi mucus
·
Infeksi
Eksaserbasi akut akan dibagi menjadi tiga (PDPI,
2003) :
·
Tipe (eksaserbasi berat), memiliki 3 gejala di atas
·
Tipe II (eksaserbasi sedang), memiliki 2 gejala di atas
·
Tipe III (eksaserbasi ringan), memiliki 1 gejala di atas ditambah infeksi
saluran napas atas lebih dari 5
hari, demam tanpa sebab lain, peningkatan batuk, peningkatan mengi atau peningkatan frekuensi
pernapasan > 20% baseline, atau frekuensi nadi > 20% baseline
hari, demam tanpa sebab lain, peningkatan batuk, peningkatan mengi atau peningkatan frekuensi
pernapasan > 20% baseline, atau frekuensi nadi > 20% baseline
Penanganan
eksaserbasi akut dapat dilaksanakan di rumah (untuk eksaserbasi yang ringan)
atau di rumah sakit (untuk eksaserbasi sedang dan berat). Penatalaksanaan
eksaserbasi akut ringan dilakukan dirumah oleh penderita yang telah diedukasi
dengan cara (PDPI, 2003):
·
Menambahkan dosis bronkodilator
atau dengan mengubah bentuk bronkodilator yang digunakan dari
bentuk inhaler, oral dengan bentuk nebulizer.
bentuk inhaler, oral dengan bentuk nebulizer.
·
Menggunakan oksigen bila aktivitas
dan selama tidur
·
Menambahkan mukolitik
·
Menambahkan ekspektoran
Bila dalam 2 hari tidak ada perbaikan penderita
harus segera ke dokter. Penatalaksanaan eksaserbasi akut di rumah sakit dapat
dilakukan secara rawat jalan atau rawat inap dan dilakukan di (PDPI, 2010):
·
Poliklinik rawat jalan
·
Unit gawat darurat
·
Ruang rawat
·
Ruang ICU
Penatalaksanaan
di poliklinik rawat jalan
Indikasi (PDPI, 2003):
·
Eksaserbasi ringan sampai sedang
·
Gagal napas kronik
·
Tidak ada gagal napas akut pada gagal napas kronik
·
Sebagai evaluasi rutin meliputi :
o Pemberian obat-obatan yang optimal
o Evaluasi progresifitas penyakit
o Edukasi
Penatalaksanaan
rawat inap
Indikasi
rawat (PDPI, 2003; PDPI, 2010):
·
Peningkatan gejala (sesak, batuk) saat tidak beraktifitas
·
PPOK dengan derajat berat
·
Terdapat tanda-tanda sianosis dan
atau edema
·
Sering eksaserbasi
·
Usia lanjut
·
Terdapat komplikasi
o infeksi saluran napas berat
o
gagal napas akut pada gagal napas kronik
o gagal jantung kanan
Selama perawatan di rumah sakit harus diperhatikan (PDPI, 2003):
·
Menghindari intubasi dan
penggunaan mesin bantu napas dengan cara evaluasi klinis yang tepat dan
terapi adekuat
terapi adekuat
·
Terapi oksigen dengan cara yang tepat
·
Obat-obatan maksimal, diberikan dengan drip, intrvena dan nebuliser
·
Perhatikan keseimbangan asam basa
·
Nutrisi enteral atau parenteral
yang seimbang
·
Rehabilitasi awal
·
Edukasi untuk pasca rawat
Penanganan
di gawat darurat
·
Tentukan masalah yang menonjol, misalnya (PDPI, 2003):
o
Infeksi saluran napas
o
Gangguan keseimbangan asam basa
o
Gawat napas
·
Triase untuk ke ruang rawat atau ICU
Penanganan di ruang rawat untuk eksaserbasi sedang
dan berat (belum memerlukan ventilasi mekanik) (PDPI, 2003):
·
Obat-obatan adekuat diberikan
secara intravena dan nebuliser
·
Terapi oksigen dengan dosis yang
tepat, gunakan ventury mask
·
Evaluasi ketat tanda-tanda gagal
napas
·
Segera pindah ke ICU bila ada indikasi penggunaan ventilasi mekanik
Indikasi perawatan ICU (PDPI, 2010)
·
Sesak berat setelah penangan adekuat di ruang gawat darurat atau ruang
rawat
·
Kesadaran menurun, letargi, atau kelemahan otot-otot respirsi
·
Setelah pemberian osigen tetap terjadi hipoksemia atau perburukan
·
Memerlukan ventilasi mekanik (invasif atau non invasif)
·
Ketidakstabilan hemodinamik
Tujuan perawatan ICU (PDPI, 2003):
·
Pengawasan dan terapi intemsif
·
Hindari inturbasi, bila diperlukan
intubasi gunakan pola ventilasi mekanik yang tepat
·
Mencegah kematian
Prinsip penatalaksanaan PPOK pada eksaserbasi akut adalah mengatasi segera eksaserbasi yang terjadi dan mencegah terjadinya gagal napas. Bila telah menjadi gagal napas segera atasi untuk mencegah kematian. Beberapa hal yang harus diperhatikan meliputi (PDPI, 2003; GOLD, 2010; Rab, 2010; PDPI, 2010):
·
Diagnosis beratnya eksaserbasi
o
Derajat sesak, frekuensi napas, pernapasan paradoksal
o Kesadaran
o Tanda vital
o Analisis gas darah
o Pneomonia
·
Terapi oksigen adekuat
Pada eksaserbasi akut
terapi oksigen merupakan hal yang pertama dan utama, bertujuan untuk
memperbaiki hipoksemi dan mencegah keadaan yang mengancam jiwa. dapat dilakukan
di ruang gawat darurat, ruang rawat atau di ICU. Oksigen dapat diberikan 1-2
liter/ menit. Sebaiknya dipertahankan Pao2 > 60 mmHg atau Sat O2 > 90%,
evaluasi ketat hiperkapnia. gunakan sungkup dengan kadar yang sudah ditentukan (ventury
masks) 24%, 28% atau 32%. Perhatikan apakah sungkup rebreathing atau
nonrebreathing, tergantung kadar Paco2 dan Pao2. Bila terapi oksigen
tidak dapat mencapai kondisi oksigenasi adekuat, harus digunakan ventilasi
mekanik. Dalam penggunaan ventilasi
mekanik usahakan dengan Noninvasive Positive Pressure Ventilation (NIPPV),
bila tidak berhasil ventilasi mekanik digunakan dengan intubasi.
·
Pemberian obat-obatan yang
maksimal
Obat yang diperlukan pada eksaserbasi akut
o Antibiotik
–
Peningkatan jumlah sputum
–
Sputum berubah menjadi purulen
–
Peningkatan sesak
Pemilihan antibiotik
disesuaikan dengan pola kuman dan komposisi kombinasi antibiotik yang mutakhir.
Sputum purulen selama eksaserbasi adalah indikasi untuk memulai terapi
antibiotik. Pemberian antibiotik di rumah sakit sebaiknya per-drip atau
intravena, sedangkan untuk rawat jalan bila eksaserbasi sedang, sebaiknya
kombinasi dengan makrolide, bila ringan dapat diberikan tunggal.
o Bronkodilator
Bila rawat jalan, B-2
agonis dan antikolinorgik harus diberikan dengan peningkatan dosis. Inhaler
masih cukup efektif bila digunkan dengan cara yang tepat, nebuliser dapat
digunakan agar bronkodilator lebih efektif. Hati-hati dengan penggunaan
nebuliser yang memakai oksigen sebagai kompressor, karena penggunaan oksigen
8-10 liter untuk menghasilkan uap dapat menyebabkan retensi CO2. Golongan
xantin diberikan bersamasama dengan bronkodilator lainnya karena mempunyai efek
memperkuat otot diafragma. Dalam perawatan di rumah sakit, bronkodilator
diberikan secara intravena dan nebuliser, dengan pemberian lebih sering perlu
monitor ketat terhadap timbulnya palpitasi sebagai efek samping bronkodilator.
Kombinasi agonis beta2, antikolinergik dan/ atau teofilin memperbaiki kualitas
hidup dan fungsi paru. Pengobatan dini dengan bronkodilator antikolinergik
kerja lama pada PPOK derajat II dapat memperlambat laju penurunan fungsi paru.
o Kortikosteroid
Tidak selalu diberikan
tergantung berat derajat eksaserbasi. Pada eksaserbasi derajat sedang dapat
diberikan prednison 30 mg/hari selama 1-2 minggu, pada derajat berat diberikan
secara intravena. Pemberian ini dapat menurunkan frekuensi eksaserbasi pada
derajat III dan IV. Pemberian lebih dari 2 minggu tidak memberikan manfaat yang
lebih baik, tetapi lebih banyak menimbulkan efek samping.
·
Nutrisi adekuat untuk mencegah starvation
yang disebabkan hipoksemia berkepanjangan, dan menghindari kelelahan otot
bantu napas
·
Ventilasi mekanik
Penggunaan ventilasi
mekanik pada PPOK eksaerbasi berat akan mengurangi mortaliti dan morbiditi, dan
memperbaiki simptom. Dahulukan penggunaan NIPPV, bila gagal dipikirkan
penggunaan ventilasi mekanik dengan intubasi.
·
Kondisi lain yang berkiatan
o Monitor balans cairan elektrolit
o Pengeluaran sputum
o Gagal jantung atau aritmia
·
Evaluasi ketat progesiviti
penyakit
Penanganan yang tidak
adekuat akan memperburuk eksaserbasi dan menyebabkan kematian. Monitor dan
penanganan yang tepat dan segera dapat mencegah dan gagal napas berat dan menghindari
penggunaan ventilasi mekanik. Indikasi penggunaan ventilasi mekanik dengan
intubasi:
o Sesak napas berat, pernapasan > 35 x/menit
o Penggunaan obat respiratori dan pernapasan abdominal
o Kesadaran menurun
o Hipoksemia berat Pao2 < 50 mmHg
o Asidosis pH < 7,25 dan hiperkapnia Paco2 > 60 mmHg
o Komplikasi kardiovaskuler, hipotensi
o Komplikasi lain, gangguan metabolik, sepsis, pneumonia, barotrauma,
efusi pleura dan emboli masif
o Penggunaan NIPPV yang gagal
PPOK yang memerlukan ventilator
Pada prinsipnya pasien PPOK tidak memerlukan intubasi dan ventilasi
mekanik selama masa eksaserbasi dari penyakit primernya, oleh karena pemakaian
ventilasi bukan saja memperburuk keadaan, akan tetapi menyebabkan banyak faktor
yang harus dimonitor dan penggunaan ventilatorsendiri dapat mengancam
kehidupan. Karena itu ventilator sedapat mungkin tidak didunakan. Ventilator
mungkin digunakan dalam keadaan yang tiba-tiba memburuk dan dapat juga
diperlukan dalam keadaan bronkospasme yang tidak dapat diatasi dengan obat-obat
bronkodilator. Indikasi yang terpebting adalah bila diduga dapat terjadi
kegagalan napas akut (Rab, 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar