SEHAT ITU PENTING

Rabu, 21 Maret 2012

TETANUS NEONATORUM



Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh spora Clostridium tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena perawatan atau tindakan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu/ gunting yang tidak steril.

C. tetani hidup anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh dan mengeluarkan toksin. Toksin ini dapat menghancurkan sel-sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang menyebabkan ketegangan dan spasme otot.

Patofisiologi
Biasanya penyakit ini terjadi karena adanya luka tusuk yang dalam seperti tertusuk paku, pecahan kaca, kaleng, atau luka tembak. Pada neonatus disebabkan oleh pemotongan tali pusat yang tidak steril, sehingga menimbulkan keadaan yang anaerob.

Hipotesis mengenai cara absorbsi dan berjalannya toksin:
  1. Toksin di absorbsi oleh ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawa ke kornu anterior susunan saraf pusat.
  2. Toksin di absorbsi oleh susunan limfatik, masuk ke sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan saraf pusat.

Toksin tersebut sangat mudah di ikat oleh jaringan saraf dan bila dalam keadaan terikat, toksin tidak dapat dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Namun toksin yang bebas beredar di dalam pembuluh darah sangat mudah di netralkan oleh antioksidan.

Manifestasi Klinis
·   Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau atau tidak dapat disusui lagi. Ini disebabkan karena terjadinya trismos (susah membuka mulut).
·                Mulut mencucu seperti ikan.
·                Mudah kejang disertai sianosis.
·                Kaku kuduk sampai opistotonus.
·                Suhu meningkat.
·                Kejang tonik, terutama bila dirangsang.
·                Gelisah

Masa tunas biasanya 5-14 hari. Penyakit ini biasanya mendadak dengan ketegangan otot semakin bertambahterutama pada rahang dan leher. Dalam 48 jam penyakit ini menjadi nyata.

Diagnosis & Diagnosa Banding
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis riwayat persalinan dan pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala dari tetanus neonatorum.

Diagnosa banding:
·                Meningitis (pada tetanus neonatorum kesadaran tidak menurun)
·                Spondilitis leher
·                Mastoiditis
·                Abses retrofaringeal

Penatalaksanaan
·                Diberikan cairan IV (IVFD)
o   Larutan glukosa 5 % : NaCl fisiologis = 4 : 1 selama 48-72 jam sesuai dengan kebutuhan, selanjutnya untuk memasukkan obat.
o   Bila sakit pasien sudah lebih dari 24 jam atau sering kejang atau apnea diberikan larutan glukosa 10 % : Natrium Bikarbonat 1,5 % = 4 : 1
o   Bila setelah 72 jam belum memungkinkan diberikan minum per-oral, maka berikan tambahan protein dan kalium melalui infus.
·                Diazepam

·                ATS 10.000 U/ hari dan diberikan selama 2 hari berturut-turut.
·                Ampisilin 100 mg/ kgBB/ hari dibagi 4 dosis secara IV selama 10 hari.
·                Tali pusat dibersihkan dengan alkohol 70% atau betadin.
·                Perhatikan jalan nafas, diuresis dan keadaan vital lainnya.

Komplikasi
·                Bronkopneumonia
·                Asfiksia dan sianosis akibat obstruksi jalan nafas oleh sekret
·                Sepsis neonatorum

Pencegahan
Toksoid tetanus diberikan 3 kali berturut-turut pada trimester 3 kehamilan sangat bermakna mencegan tetatus neonatorum. Sterilisasi harus dijaga pada waktu pemotongan tali pusat dan juga perawatan tali pusat selanjutnya.




Referensi: Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FK UI edisi 4, Jakarta, 1985

Selasa, 20 Maret 2012

CEK-UP YUK…



Minggu pagi (18 maret 2012), Taman Teladan Kecamatan Teladan Medan pukul 06.00 WIB telah diramaikan oleh para masyarakan yang sedang berolahraga, baik itu senam pagi, bersepeda dan juga lari pagi. Mungkin hal ini sudah biasa kita lihat, tetapi ada satu hal yang menarik perhatian. Sekempok mahasiswa / mahasiswi berompi putih sedang menggelar kegiatan “Cek-Up Yuk” tekanan darah, Gula darah, Asam urat, dan Kolestrol. Merekan adalah LENTERA SEHATI.

LENTERA SEHATI adalah organisasi sosial yang bergerak dibidang kesehatan dengan tujuan besar menciptakan masyarakat sehat dan sejahtera. Organisasi yang saat ini diketuai oleh saudara Sudarman ini berdiri sejak 2 agustus 2007.  dr. Ery Suhaimi, SH adalah pendiri sekaligus penasehat dari organisasi ini. Seketariat organisasi ini berada di Jalan STM Medan.

Kegiatan "Cek-Up Yuk" bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan “Cek-Up” tekanan darah, gula darah, asam urat dan kolestrol serta memberikan edukasi terhadap hasil dari pemeriksaan tersebut.





Dalam minggu pertama ini, kurang lebih 30 orang yang telah memeriksakan dirinya untuk mengetahui tekanan darah, gula darah, asam urat dan kolestrol yang mana kegiatan ini akan dilakukan secara rutin di setiap minggu pagi. Untuk pemeriksaan gula darah dan asam urat dikenakan biaya masing-masing sebesar Rp. 5.000 dan pemeriksaan kolestrol sebesar Rp. 15.000. Sedangkan untuk pemeriksaan tekanan darah sendiri tidak dipungut biaya.

Salah satu dari mereka yang memeriksakan dirinya mengaku bahwa kegiatan ini sangat baik. Beliau juga menginginkan kegiatan ini di adakan secara rutin di setiap minggunya.
“Kegiatan Ini membantu menjaga kadar gula darah , tekanan darah, kolestrol serta asam urat saya dan dapat menjaga pola makan saya sehari-hari,” ujarnya.

“Kami dari LENTERA SEHATI sendiri merasa senang melakukan kegiatan ini dan kami juga akan berupaya melakukan kegiatan-kegiatan positif  lainnya dalam bidang kesehatan tentunya,” ujar Azhari Maulana selaku ketua koordinasi dalam acara ini.

Anggota LENTERA SEHATI yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan "Cek-Up Yuk" di minggu pertamanya ini adalah:
Azhari Maulana (Ketua Koordinator Acara), Umi Fitriani (Sekertaris Acara), Icha Neisya (Bendahara Acara), Zulfahmi, Jian Febriardy, Wira Juanda Pranata, Era Elvionita, Winda Triani Maldalosa, Alkhairi Santi, Muhammad Iqbal Akbar, Dian Adriani Koto, Yuda Saidillah Ritonga,  Aftri Ainul Zabar, Haryono Setiawan Sinaga, Muhammad Fickry Wajdi, Tirza Iria Pratama, Desty Vera Anisa, Alamsyah Santosa, Armelia Solida Harefa, Erdiyansyah Ariputra.




Posting by:
Azhari Maulana, Icha Nesya, Zulfahmi

Rabu, 14 Maret 2012

DEMAM TIFOID



 
Pendahuluan
Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-undang nomor 6 tahun 1962 tentang wabah. Insiden demam tifoid di Indonesia bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi lingkungan. Kontaminasi terutama dari lalat.










Penyebab
Bakteri Salmonella typhy dan Salmonella paratyphi.


Patogenesis
Bakteremia pertama (Asimtomatik):
Masuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman di musnahkan didalam lambung. Sebagian lolos masuk kedalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respons imunitas humoral mukosa usus (IgA) kurang baik, maka kuman akan menembus sel-sel epitel dan selanjutnya ke lamina propia. Di sini kuman berkembang biakdan di fagositosis oleh sel-sel fagosit terutama oleh sel makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya di bawa ke plaque Penyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama limpa dan hati.

Bakteremia kedua:
Di organ retikuloendotelial tubuh terutama limpa dan hati, kuman meninggalkan sel-sel fagosit kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi. Ini disertai tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik.


Manifestasi Klinis
Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari.

Pada minggu pertama:
Demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis.
Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari.

Pada minggu kedua:
Demam, bradikardia relatif, lidah tifoid ( kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali, gangguan mental (somnolen, stupor, koma, delirium attau psikosis), roseolae (jarang di temukan).


Pemeriksaan Laboratorium
·    Pemeriksaan Rutin
Pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering ditemukan leukopenia, tetapi dapat pula leukosit normal ataupun leukositosis.
Laju Endap Darah dapat meningkat.

·   Uji Widal
·   Kultur Darah
Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena mungkin disebabkan beberapa hal sebagai berikut:
o   Telah mendapat terapi antibiotik
o   Volume darah yang kurang
o   Riwayat vaksinasi
o   Saat pengambilan darah setelah minggu pertama


Tata Laksana Demam Tifoid
·                Intirahat dan perawatan
·                Diet dan terapi penunjang
·                Pemberian Antibiotika
o   Kloramfenikol, 4 x 500 mg/ hari per oral ataupun IV diberikan selama 7 hari bebas panas. Hati-hati pemberian pada leukopenia.
o   Triamfenikol, 4 x 500 mg.
o   Kotrimoksazole, 2 x 2 tablet ( 1 tablet mengandung sulfametoksazole 400 mg dan 80 trimetoprin) selama 2 minggu.
o   Sefalosporin generasi ketiga (seftriakson), 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari, diberikan 3-5 hari.
o   Golongan Fluorokuinolon
§  Norfloksasin, 2 x 400 mg/ hari selama 14 hari
§  Siprofloksasin, 2 x 500 mg/ hari selama 6 hari
§  Ofloksasin, 2 x 400 mg/ hari selama 7 hari
§  Pefloksasin, 400 mg/ hari selama 7 hari
§  Fleroksasin, 400 mg/ hari selama 7 hari


Baca Juga:
ANTIBIOTIKA 


Referensi: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FK UI, ed: 4 jilid 3, Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006.