SEHAT ITU PENTING

Rabu, 14 Maret 2012

DEMAM TIFOID



 
Pendahuluan
Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-undang nomor 6 tahun 1962 tentang wabah. Insiden demam tifoid di Indonesia bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi lingkungan. Kontaminasi terutama dari lalat.










Penyebab
Bakteri Salmonella typhy dan Salmonella paratyphi.


Patogenesis
Bakteremia pertama (Asimtomatik):
Masuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman di musnahkan didalam lambung. Sebagian lolos masuk kedalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respons imunitas humoral mukosa usus (IgA) kurang baik, maka kuman akan menembus sel-sel epitel dan selanjutnya ke lamina propia. Di sini kuman berkembang biakdan di fagositosis oleh sel-sel fagosit terutama oleh sel makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya di bawa ke plaque Penyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama limpa dan hati.

Bakteremia kedua:
Di organ retikuloendotelial tubuh terutama limpa dan hati, kuman meninggalkan sel-sel fagosit kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi. Ini disertai tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik.


Manifestasi Klinis
Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari.

Pada minggu pertama:
Demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis.
Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari.

Pada minggu kedua:
Demam, bradikardia relatif, lidah tifoid ( kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali, gangguan mental (somnolen, stupor, koma, delirium attau psikosis), roseolae (jarang di temukan).


Pemeriksaan Laboratorium
·    Pemeriksaan Rutin
Pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering ditemukan leukopenia, tetapi dapat pula leukosit normal ataupun leukositosis.
Laju Endap Darah dapat meningkat.

·   Uji Widal
·   Kultur Darah
Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena mungkin disebabkan beberapa hal sebagai berikut:
o   Telah mendapat terapi antibiotik
o   Volume darah yang kurang
o   Riwayat vaksinasi
o   Saat pengambilan darah setelah minggu pertama


Tata Laksana Demam Tifoid
·                Intirahat dan perawatan
·                Diet dan terapi penunjang
·                Pemberian Antibiotika
o   Kloramfenikol, 4 x 500 mg/ hari per oral ataupun IV diberikan selama 7 hari bebas panas. Hati-hati pemberian pada leukopenia.
o   Triamfenikol, 4 x 500 mg.
o   Kotrimoksazole, 2 x 2 tablet ( 1 tablet mengandung sulfametoksazole 400 mg dan 80 trimetoprin) selama 2 minggu.
o   Sefalosporin generasi ketiga (seftriakson), 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari, diberikan 3-5 hari.
o   Golongan Fluorokuinolon
§  Norfloksasin, 2 x 400 mg/ hari selama 14 hari
§  Siprofloksasin, 2 x 500 mg/ hari selama 6 hari
§  Ofloksasin, 2 x 400 mg/ hari selama 7 hari
§  Pefloksasin, 400 mg/ hari selama 7 hari
§  Fleroksasin, 400 mg/ hari selama 7 hari


Baca Juga:
ANTIBIOTIKA 


Referensi: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FK UI, ed: 4 jilid 3, Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar