Luka
bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga menimbulkan efek sistemik
yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang
ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Beratnya luka tergantung pada dalam, luas
dan letak luka. Selain beratnya luka bakar, umur dan keadaan kesehatan
penderita sebelumnya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi prognosis.
PENYEBAB
Penyebab
luka bakar yang sering adalah terbakar api langsung, selain itu luka bakar
dapat disebabkan oleh tersiram air panas (umumnya merupakan luka bakar
superficial, tetapi juga mengenai seluruh ketebalan kulit/ derajat tiga).
Penyebab luka bakar lainnya adalah pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik,
maupun bahan kimia.
PATOFISIOLOGI
Apabila
kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi, pembuluh kapiler dibawahnya, area
sekitarnya dan area yang jauh sekali pun akan rusak dan menyebabkan
permeabilitas meningkat. Terjadilah kebocoran cairan intrakapilar ke
interstisial sehingga terjadi udem dan bula yang mengandung banyak elektrolit.
Rusaknya kulit akibat luka bakar akan mengakibatkan hilangnya fungsi kulit
sebagai barier dan penahan penguapan.
Kedua
penyebab diatas dengan cepat menyebabkan berkurangnya cairan intravaskular.
Pada luka bakar yang luasnya <20%, mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas ( >20%), dapat terjadi syok
hipovolemik disertai gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin,
berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin
berkurang.
Setelah
12-24 jam permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta
penyerapan kembali cairan dari ruang interstisial ke intravaskular yang
ditandai dengan meningkatnya diuresis.
LUAS
LUKA BAKAR
Luas
luka bakar dinyatakan dalam persenan terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang
dewasa digunakan rumus 9”, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang
dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha
kiri, tungkai dan kaki kanan,serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%,
sisanya 1% adalah daerah genitalia.
Dikenal
juga rumus 10 untuk bayi dan 10-15-20 untuk anak-anak.
Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%.
Untuk bayi, kepala dan leher, serta badan depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas/ bawah kanan dan kiri masing-masing 10%.
Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%.
Untuk bayi, kepala dan leher, serta badan depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas/ bawah kanan dan kiri masing-masing 10%.
DERAJAT
LUKA BAKAR
1.
Luka
bakar derajat satu hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari.
Lika tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas
setempat.
2.
Luka
bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis, tetapi masih ada elemen epitel
sehat yang tersisa. Elemen epitel tersebut, misalnya sel epitel basal, kelenjar
sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya sel epitel ini,
luka dapat sembuh sendiri dalam 2 sampai 3 minggu. Gejala yang timbul adalah
nyeri, gembung, atau bula.
3.
Luka
bakar derajat tigameliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin subkutis atau
organ yang lebih dalam. Kulit tampak pucat abu-abugelap atau hitam, dengan
permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat. Tidak ada
bula dan tidak terasa nyeri.
PENANGANAN
Upaya
pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, Setelah itu rendam
daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama
sekurang-kurangnya 15 menit.
Pada
luka bakar ringan, prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang
terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel
epitel untuk berpoliferasi, dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat
secara tertutup atau terbuka.
Pada
luka bakar luas dan dalam, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit terdekat
yang punya tenaga terlatih dan unit luka bakar yang memadai untuk penanganan
luka bakar tersebut. Dalam perjalanan penderita sudah dilengkapi dengan infus
dan penutup kain yang bersih serta mobil ambulans atau sejenisnya yang bisa
membawa penderita dalam posisi tertidur.
Pada
luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, kalau
perlu dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala syok. Bila
penderita menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas, diberikan campuran udara
lembab dan oksigen. Kalau terjadi udem laring, dipasang pipa endotrakea atau
dibuat trakeostomi. Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan jalan nafas,
mengurangi ruang mati, dan memudahkan pembersihan jalan nafas dari lendir atau
kotoran. Bila ada dugaan kkeracunan CO, segera diberikan oksigen murni.
Perawatan
local adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya terbuka untuk
perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut steril untuk perawatan
steril. Kalau perlu penderita dimandikan terlebih dahulu.
Pemberian
Cairan Intravena
Sebelum
infuse diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus di tentukan secara teliti.
Kemudian jumlah cairan infus yang akan diberikan di hitung. Ada beberapa cara
untuk menghitung kebutuhan cairan ini.
Cara Baxter
Rumus
Baxter yaitu,
luas luka bakar
dalam pasien x BB pasien dalam Kg x 4 mL larutan RL
Separuh dari jumlah cairan ini
diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama
terutama diberikan kristaloid yaitu larutan RL. Hari kedua diberikan setengah
dari cairan pertama.
Status hidrasi penderita luka bakar
luas harus dipantau terus-menerus. Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat
dari diuresis normal yaitu sekurang-kurangnya 1000-1500 mL/ 24 jam atau 1mL/
KgBB/ jam dan 3 mL/ KgBB/ jam pada pasien anak.
Obat-Obatan
Antibiotik sistemik spektrum luas
diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak dipakai adalah golongan
aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada infeksi,
antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman.
Untuk mengatasi nyeri dapat
diberikan opiat melalui IV dalam dosis serendah mungkin yang bisa menimbulkan
efek analgesika yang adekuat namun tanpa disertai hipotensi.
Selanjutnya diberikan pencegahan
tetanus berupa ATS dan atau toksoid.
Saat ini, tiap unit luka bakar
sudah menerapkan pemberian dini nutrisi enteral melalui selang nasogastrik
untuk mencegah terjadinya ulkus curling dan memenuhi kebutuhan status
hipermetabolisme yang terjadi pada fase akut luka bakar. Nutrisi enteral diberikan
melalui selang nasogastrik yang sekaligus berfungsi untuk mendekompresi
lambung. Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya memerlukan fisioterapi
untuk memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi.
Penanganan Lokal
Luka bakar derajat satu dan dua
yang menyisakan elemen epitel berupa kelenjar sebasea, kelenjar keringat, atau
pangkal rambut diharapkan dapat sembuh sendiri, asal dijaga supaya elemen
epitel tersebut tidak hancur atau rusak karena infeksi. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pencegahan infeksi. Pada luka lebih dalam perlu diusahakan secepat
mungkin membuang jaringan kulit yang mati dan memberi obat topikal yang berdaya
tembus tinggi sampai mencapai dasar jaringan yang mati. Perawatan setempat
dapat dilakukan secara terbuka maupun tertutup.
Ada beberapa jenis obat yang
dianjurkan seperti golongan Silver Sulfadiazine dan MEBO (moist
exposure burn ointment).
Obat topikal yang dipakai dalam
bentuk larutan, salep, atau krim. Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk
sediaan kasa (tulle). Antiseptik yang dipakai adalah yodium povidon atau
nitras-argenti 0,5%. Kompres nitras-argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam
efektif sebagai bakteriostatik untuk semua kuman. Obat ini mengendap sebagai
garam sulfida atau klorida yang memberi warna hitam sehingga mengotori semua
kain. Krim silver sulfadiazine 1% sangat berguna karena bersifat
bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif terhadap semua kuman,
tidak menimbulkan resistensi, dan aman. Krim dioleskan tanpa pembalut, dan
dapat dibersihkan dan diganti setiap hari.
Referensi:
Buku Ajar Ilmu Bedah de Jong edisi
3, EGC. Jakarta: 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar