SEHAT ITU PENTING

Kamis, 10 Mei 2012

KEGAWAT DARURATAN LUKA BAKAR


Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga menimbulkan efek sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Beratnya luka tergantung pada dalam, luas dan letak luka. Selain beratnya luka bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi prognosis.

PENYEBAB
Penyebab luka bakar yang sering adalah terbakar api langsung, selain itu luka bakar dapat disebabkan oleh tersiram air panas (umumnya merupakan luka bakar superficial, tetapi juga mengenai seluruh ketebalan kulit/ derajat tiga). Penyebab luka bakar lainnya adalah pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia.

PATOFISIOLOGI
Apabila kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi, pembuluh kapiler dibawahnya, area sekitarnya dan area yang jauh sekali pun akan rusak dan menyebabkan permeabilitas meningkat. Terjadilah kebocoran cairan intrakapilar ke interstisial sehingga terjadi udem dan bula yang mengandung banyak elektrolit. Rusaknya kulit akibat luka bakar akan mengakibatkan hilangnya fungsi kulit sebagai barier dan penahan penguapan.

Kedua penyebab diatas dengan cepat menyebabkan berkurangnya cairan intravaskular. Pada luka bakar yang luasnya <20%, mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas ( >20%), dapat terjadi syok hipovolemik disertai gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang.

Setelah 12-24 jam permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta penyerapan kembali cairan dari ruang interstisial ke intravaskular yang ditandai dengan meningkatnya diuresis.

LUAS LUKA BAKAR
Luas luka bakar dinyatakan dalam persenan terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang dewasa digunakan rumus 9”, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan,serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, sisanya 1% adalah daerah genitalia.

Dikenal juga rumus 10 untuk bayi dan 10-15-20 untuk anak-anak.

Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%.

Untuk bayi, kepala dan leher, serta badan depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas/ bawah kanan dan kiri masing-masing 10%.





DERAJAT LUKA BAKAR
1.    Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari. Lika tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas setempat.
2.    Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis, tetapi masih ada elemen epitel sehat yang tersisa. Elemen epitel tersebut, misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya sel epitel ini, luka dapat sembuh sendiri dalam 2 sampai 3 minggu. Gejala yang timbul adalah nyeri, gembung, atau bula.
3.    Luka bakar derajat tigameliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin subkutis atau organ yang lebih dalam. Kulit tampak pucat abu-abugelap atau hitam, dengan permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat. Tidak ada bula dan tidak terasa nyeri.



PENANGANAN
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, Setelah itu rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya 15 menit.

Pada luka bakar ringan, prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berpoliferasi, dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara tertutup atau terbuka.

Pada luka bakar luas dan dalam, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit terdekat yang punya tenaga terlatih dan unit luka bakar yang memadai untuk penanganan luka bakar tersebut. Dalam perjalanan penderita sudah dilengkapi dengan infus dan penutup kain yang bersih serta mobil ambulans atau sejenisnya yang bisa membawa penderita dalam posisi tertidur.

Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, kalau perlu dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala syok. Bila penderita menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas, diberikan campuran udara lembab dan oksigen. Kalau terjadi udem laring, dipasang pipa endotrakea atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi ruang mati, dan memudahkan pembersihan jalan nafas dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan kkeracunan CO, segera diberikan oksigen murni.

Perawatan local adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut steril untuk perawatan steril. Kalau perlu penderita dimandikan terlebih dahulu.

Pemberian Cairan Intravena
Sebelum infuse diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus di tentukan secara teliti. Kemudian jumlah cairan infus yang akan diberikan di hitung. Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini.

Cara Baxter
Rumus Baxter yaitu,

luas luka bakar dalam pasien x BB pasien dalam Kg x 4 mL larutan RL

Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan kristaloid yaitu larutan RL. Hari kedua diberikan setengah dari cairan pertama.

Status hidrasi penderita luka bakar luas harus dipantau terus-menerus. Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal yaitu sekurang-kurangnya 1000-1500 mL/ 24 jam atau 1mL/ KgBB/ jam dan 3 mL/ KgBB/ jam pada pasien anak.

Obat-Obatan
Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada infeksi, antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman.

Untuk mengatasi nyeri dapat diberikan opiat melalui IV dalam dosis serendah mungkin yang bisa menimbulkan efek analgesika yang adekuat namun tanpa disertai hipotensi.

Selanjutnya diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan atau toksoid.

Saat ini, tiap unit luka bakar sudah menerapkan pemberian dini nutrisi enteral melalui selang nasogastrik untuk mencegah terjadinya ulkus curling dan memenuhi kebutuhan status hipermetabolisme yang terjadi pada fase akut luka bakar. Nutrisi enteral diberikan melalui selang nasogastrik yang sekaligus berfungsi untuk mendekompresi lambung. Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya memerlukan fisioterapi untuk memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi.





Penanganan Lokal
Luka bakar derajat satu dan dua yang menyisakan elemen epitel berupa kelenjar sebasea, kelenjar keringat, atau pangkal rambut diharapkan dapat sembuh sendiri, asal dijaga supaya elemen epitel tersebut tidak hancur atau rusak karena infeksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan infeksi. Pada luka lebih dalam perlu diusahakan secepat mungkin membuang jaringan kulit yang mati dan memberi obat topikal yang berdaya tembus tinggi sampai mencapai dasar jaringan yang mati. Perawatan setempat dapat dilakukan secara terbuka maupun tertutup.

Ada beberapa jenis obat yang dianjurkan seperti golongan Silver Sulfadiazine dan MEBO (moist exposure burn ointment).

Obat topikal yang dipakai dalam bentuk larutan, salep, atau krim. Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk sediaan kasa (tulle). Antiseptik yang dipakai adalah yodium povidon atau nitras-argenti 0,5%. Kompres nitras-argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua kuman. Obat ini mengendap sebagai garam sulfida atau klorida yang memberi warna hitam sehingga mengotori semua kain. Krim silver sulfadiazine 1% sangat berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi, dan aman. Krim dioleskan tanpa pembalut, dan dapat dibersihkan dan diganti setiap hari.





Referensi:
Buku Ajar Ilmu Bedah de Jong edisi 3, EGC. Jakarta: 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar