Resusitasi Kardio-pulmoner
(RKP) adalah suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk mengembalikan
keadaan henti napas dan atau henti jantung ke fungsi optimal, guna mencegah
kematian biologis.
Resusitasi kardio-pulmonal
pada dasarnya dibagi dalam tiga tahap dan pada setiap tahapan dilakukan
tindakan-tindakan pokok yang disusun menurut abjad (RJPO/ Peter Safar):
PERTOLONGAN DASAR
- Airway control: membebaskan jalan nafas supaya
dapat terbuka dan bersih.
- Breathing support: mempertahankan ventilasi dan
oksigen paru secara adekuat.
- Circulation support: mempertahankan sirkulasi darah dengan cara memijat jantung.
lihat, dengar dan rasakan
PERTOLONGAN LANJUTAN
- Drug and Fluid:
pemberian obat-obatan dan cairan.
- Hipotensi:
dopamin 200 mg yang dilarutkan dalam 250-500 mL garam fisiologis (tidak
boleh dicampurkan bersama Na-bicarbonat). Dapat juga dipakai
metaraminol100 mg atau levarterenol 8 mg dimasukkan kedalam salah satu
botol infus.
- Asidosis
metabolik: timbul beberapa menit setelah henti jantung, berikan Na-bicarbonat
dosis awal 1 mEq/ KgBB IV atau 1 ampul 50 mg (7,5%) yang mengandung 44,6
mEq ion Na.
- Elektrocardiography:
penentuan irama jantung.
- Fibrillation
treatment: mengatasi fibrilasi ventrikel.
PERTOLONGAN JANGKA PANJANG
- Gauging: memonitor
dan mengevaluasi RKP, pemeriksaan dan penentuan penyebab dasar serta
penilaian dapat tidaknya pasien diselamatkan dan diteruskan pengobatan.
- Human Mentation:
penentuan kerusakan otak dan resusitasi serebral.
- Intensive care:
perawatan intensif jangka panjang.
Ada juga yang disebut dengan Konsep ATLS. Konsep ini dibagi menjadi
2, yaitu Primary Survey dan Secondary Survey.
PRIMARY SURVEY
- Airway
Mulut harus segera dibuka, dibersihkan dan
dikeluarkan benda-benda padat dengan tangan. Untuk mengeluarkan cairan, maka posisi
kepala dan bahu direndahkan dengan memiringkan kepala kesamping (hati-hati pada
pasien dengan trauma).
Penyebab utama obstruksi jalan nafas bagian atas
adalah lidah yang jatuh kebelakang dan menutup nasofaring. Selain itu bekuan
darah, muntahan, edema atau trauma dapat juga menyebabkan obstruksi tersebut.
Ada 3 cara untuk membebaskan obstruksi jalan nafas:
o
Head tilt: leher diekstensikan sejauh mungkin
dengan menggunakan 1 tangan.
o
Chin lift: dagu bagian sentral ditarik kedepan
dengan menggunakan tangan yang lain.
o
Jaw thrust: jari indeks dan lainnya ditempatkan
kedua sisi antara sudut rahang dan telinga serta rahang ditarik kedepan.
- Breathing
Merupakan usaha ventilasi buatan dan oksigenasi
dengan inflasi dari mulut-mulut, mulut-hidung, atau mulut-alat (S-tube atau bag
valve mask). Perhatikan apakah dada pasien memperlihatkan gerakan naik turun
atau terdengar udara keluar pada waktu ekshalasi.
Apakah denyut nadi teraba atau suara denyut
jantung dan pembuluh darah terdengar dengan stetoskop. Bila nadi teraba,
lanjutkan dengan 12 kali inflasi/ menit untuk dewasa, 20 x/ menit untuk
anak-anak. Bila nadi tidak teraba, mulai dengan tindakan pijat jantung dan
pembuluh darah luar (PJL) untuk memberikan bantuan sirkulasi.
- Circulation
o
Lakukan penilaian terhadap warna kulit dan
temperatur.
o
Lakukan penilaian terhadap denyut nadi/ jantung
dan karakternya.
o
Kontrol perdarahan, resusitasi cairan, jika
terdapat syok (pucat, akral dingin, capillary refil time lambat, FN: >100 x/
menit, tekanan darah <100 mmHg) à posisi syok.
Klasifikasi perdarahan
|
Kelas I
|
Kelas II
|
Kelas III
|
Kelas IV
|
Kehilangan darah (mL)
|
<750
|
750-1500
|
1500-2000
|
>2000
|
Kehilangan darah (volume)
|
<15%
|
15-30%
|
30-40%
|
>40%
|
FN
|
<100
|
>100
|
>120
|
>140
|
TD
|
Normal
|
Normal
|
Menurun
|
Menurun
|
TN
|
Normal/ meningkat
|
Menurun
|
Menurun
|
Menurun
|
Tes pucat kapiler
|
Normal
|
Positif
|
Positif
|
Positif
|
FN
|
14-20
|
20-30
|
30-35
|
>35
|
Urin (mL/ jam)
|
>30
|
20-30
|
5-15
|
Dapat diabaikan
|
Status mental
|
Sedikit cemas
|
Lemas ringan
|
Cemas dan bingung
|
Bingung dan letargi
|
Penggantian cairan
|
Kristaloid/ koloid
|
Kristaloid/ koloid
|
Kristaloid/ koloid+darah
|
Kristaloid/ koloid+darah
|
Penanganan Perdarahan
o
Hentikan perdarahan
o
Posisi syok
o
Pasang 2 infus besar
o
Ambil sample darah, lakukan cross-match dan
periksa Hb
o
Beri infus cairan
Shock hipovolemik didiagnosa ketika ditemukan
tanda berupa ketidakstabilan hemodinamik dan ditemukan adanya sumber
perdarahan.
Menempatkan pasien dalam posisi kaki lebih tinggi,
menjaga jalur pernafasan dan diberikan resusitasi cairan dengan cepat lewat
akses IV. Cairan yang diberikan adalah Ringer Laktat (RL) dengan jarum infus
yang terbesar. Tak ada bukti medis tentang kelebihan cairan koloid pada syok
hipovolemik. Pemberian 2-4 L dalam 20-30 menit diharapkan dapat mengembalikan
keadaan hemodinamik. Pemasangan infus dilakukan pada 2 tempat. Dapat juga
dilakukan pemasangan CVP (Central Venous Preasure).
Bila hemodinamik tetap tidak stabil, berarti
perdarahan atau kehilangan cairan belum teratasi. Kehilangan darah yang
berlanjut dengan Hb<10g/ dL perlu penggantian darah dengan tranfusi. Jenis
tranfusi darah tergantung kebutuhan. Disarankan agar darah yang digunakan telah
menjalani tes cross-match.
- Disability
o
Evaluasi tingkat kesadaran pasien (compos mentis,
apatis, somnolen, sopor, koma).
o
Menilai tingkat kesadaran menurut Glasgow Koma
Scale.
Mata: 1. tidak bisa buka mata sama sekali.
2.
buka mata dengan rangsangan nyeri.
3. buka mata dengan
rangsangan suara.
4.
buka mata spontan.
Verbal: 1. tidak ada suara sama sekali.
2. bersuara tapi tidak jelas.
3. kata-kata tak berarti.
4. jawaban kacau.
5. orientasi baik.
Motorik: 1. tidak bergerak sama sekali.
2. ekstensi dengan stimulasi rasa nyeri.
3. fleksi abnormal dengan stimulasi rasa
nyeri.
4. menghindar dengan stimulasi rasa nyeri.
5. terlokalisi pada stimulasi rasa nyeri.
6. bergerak menurut perintah.
Interpretasi:
Berat: skor <8
Sedang: skor 9-12
Ringan: skor >13
Normal: 15
o Lakukan penilaian respon pupil
o Boleh dilakukan Periksa kesadaran:
–
A:
awake (sadar penuh)
–
V:
respon to Verbal
–
P:
respon to Pain
–
U:
Unresponsive
- Exposure
Lepaskan semua pakaian untuk memeriksa secara
menyeluruh. Cegah hipotermia (klorpromazin 25 mg tiap 6 jam/ fenergan 12,5 mg
tiap 6 jam).
SECONDARY SURVEY
Dilakukan setelah primary survey komplit (ABCDE telah dilakukan dan fungsi
vital telah kembali normal)
- Tanyakan riwayat
trauma
- Lakukan
pemeriksaan fisik (head to toe)
- Pemeriksaan
neurologis lengkap
- Pemeriksaan lab
- Evaluasi ulang
Referensi:
- Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam FK UI edisi IV mei 2007.
- Kegawat Daruratan
Medik Bowsky.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar