Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai
dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas,
lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati, disertai tanda perdarahan dikulit berupa
petechie, purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena,
hepatomegali, trombositopeni, dan kesadaran menurun atau renjatan.
Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus ini
termasuk dalam grup B Antropod Borne Virus (Arboviroses) kelompok
flavivirus dari family flaviviridae, yang terdiri dari empat
serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4. Masing masing saling berkaitan
sifat antigennya dan dapat menyebabkan sakit pada manusia. Keempat tipe virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.
Patogenesis
Patogenesis terjadinya
DBD hingga saat ini masih diperdebatkan. Berdasarkan data yang ada, terdapat
bukti yang kuat bahwa mekanisme immunopatologis berperan dalam terjadinya demam
berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue. Respon imun yang diketahui berperan dalam
patogenesis DBD adalah :
- Respons humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dlam proses netralisasi virus , sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dangue berpera dalam mempercepat replikasi virus pada makrofag.
- limfosit T baik T helper dan T sitotoksik berperan dalam respon imun seluler terhadap virus dengue. Dferensiasi T helper Th 1 akan memproduksi interferon gamma, IL 2 dan limfokin sedangkan TH 2 akan memperoduksi IL 4 ,IL 5 ,IL 6, IL 10.
- Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus, namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag.
Manifestasi Klinis
Demam Dengue (DD):
Penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dgn 2 atau lebih
manifestasi klinis sbb:
·
Nyeri kepala
·
Nyeri retroorbital
·
Mialgia/ artralgia
·
Ruam kulit
·
Ptekie/ uji bendung positif
·
Leucopenia
Demam Berdarah Dengue (DBD):
Berdasarkan criteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua
hal dibawah ini di penuhi:
·
Demam akut 2-7 hari, bifasik
·
Terddapat minimal 1 dari:
o
Uji bendung positif
o
Ptekie, purpura
o Perdarahan mukosa (epistaksis atau perdarahan gusi) atau perdarahan
ditempat lain.
o Hematemesis atau melena
·
Trombositopenia
·
Terdapat minimal 1 dari tanda kebocoran
plasma:
o Peningkatan Ht > 20%
o Penurunan Ht > 20%
o Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, atau hipoproteinemia
Sindrom Syok Dengue
(DSS):
Seluruh kriteria DBD +
nadi yang cepat dan lemah + tekanan darah turun < 20 mmHg + hipotensi +
kulit dingin dan lembab serta gelisah.
Klasifikasi
DD/ DBD
|
Derajat
|
Gejala
|
Laboratorium
|
DD
|
|
Demam disertai 2 atau lebih tanda: sakit kepala, nyeri
retro-orbital, mialgia, artralgia.
|
Leukopenia, trombositopenia, tidak ditemukan adanya kebocoran
plasma, serologi dengue (+)
|
DBD
|
I
|
Gejala diatas+uji bendung (+)
|
Trombositopenia (<100.000), terbukti adanya kebocoran plasma
|
DBD
|
II
|
Gejala diatas+perdarahan spontan
|
Trombositopenia (<100.000), terbukti adanya kebocoran plasma
|
DBD
|
III
|
Gejala diatas+kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan lembab serta
gelisah)
|
Trombositopenia (<100.000), terbukti adanya kebocoran plasma
|
DBD
|
IV
|
Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak terukur
|
Trombositopenia (<100.000), terbukti adanya kebocoran plasma
|
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Darah rutin: Hb, Ht, Trombosit, dan hapusan darah tepi.
• Uji serologi: Menghitung antibodi total, IgM, dan IgG.
•
Pemeriksaan Radiologis: Foto rontgen, USG
Diagnosa Banding:
- Demam tifoid
- Campak
- Influenza
- Chikungunya
- Leptospirosis
Penatalaksanaan
Tidak ada terapi
spesifik.Terapi bersifat suportif. Tindakan paling penting adalah pemeliharan
volume cairan sirkulasi.
Perhimpunan Dokter Ahli
Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama dengan divisi penyakit tropik dan
infeksi dan divisi hematologi dan onkologi klinik FK UI telah menyusun protokol
penatalaksanaan DBD pada pasien dewasa berdasarkan kriteria :
– Protokol 1 : Penanganan tersangka (probable) DBD dewasa tanpa syok
– Protokol 2: Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat
–
Protokol 3 : Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit
>20%
– Protokol 4 : Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa
–
Protokol 5 : Tatalaksana sindrom syok Dengue pada dewasa
Protokol 1 (tersangka
DBD tanpa syok)
Pemeriksaan di UGD
Indikasi rawat inap :
1. DBD dengan syok, disertai atau tidak dengan
perdarahan.
2. DBD dengan perdarahan masif dengan atau tanpa
syok.
3. DBD tanpa perdarahan
masif dengan:
·
Hb, Ht normal dengan trombosit <100.000/mm
·
Hb, Ht yang meningkat dg trombositopenia <150.000/mm3
Protokol 2 (tersangka DBD di ruang rawat)
• Pasien DBD tanpa perdarahan spontan dan masif, tanpa syok.
• Diberikan cairan
kristaloid.
• Kebutuhan cairan
perhari:
1500 + {20 x (BB dlm kg
– 20)}
Contoh BB 55 kg:
1500 + {20 x (55 – 20)} = 2200 ml
Protokol 3 ( DBD dengan Ht > 20%)
• Peningkatan Ht > 20%
tubuh mengalami defisit cairan 5%.
• Pada keadaan ini terapi
awal berikan infus cairan kristaloid 6-7 ml/kgBB/jam dievaluasi setelah 3-4 jam.
• Bila membaik, kurangi
menjadi 5 ml/kgbb/jam, evaluasi setelah 2 jam.
• Bila membaik, kurangi
menjadi 3 ml/kgbb/jam.
• Infus dihentikan setelah
24-48 jam.
• Jika setelah pemberian 6-7ml/kgbb/jam kondisi tidak membaik (Ht
& nadi meningkat, tekanan nadi turun <20mmHg, produksi urin berkurang,
naikkan menjadi 10ml/kgbb/jam, evaluasi setelah 2 jam.
• Bila membaik turunkan 5 ml/kgbb/jam, bila memburuk naikkan
menjadi 15 ml/kgbb/jam.
• Bila memburuk,
lakukan tatalaksana syok.
Protokol 4 (Perdarahan
spontan pada DBD)
• Perdarahan spontan
dan masif adalah : epistaksis yang tak terkendali, perdarahan Sal. Cerna,
saluran kencing, otak atau tersembunyi sebanyak 4-5 ml/kgbb/jam.
• Pemberian cairan tetap
seperti keadaan DBD tanpa syok lannya.
• Pemeriksaan tanda
vital (TD, TN, Pernafasan) dan jumlah urin sesering mungkin.
• Pemeriksaan Hb, Ht, Trombosit sebaiknya diulang tiap 4-6 jam.
• Heparin diberikan apabila ada tanda Koagulasi Intravaskular
Deseminata (KID).
• Tranfusi komponen darah sesuai indikasi.
• Pemberian FFP bila di
dapat defisiensi faktor-faktor pembekuan.
• Pemberian PRC bila Hb
< 10 g/dl.
• Pemberian Trombosit
bila perdarahan spontan dan masif, trombosit < 100.000 dengan atau tanpa KID.
Protokol 5 (Tatalaksana
SSD)
• Angka kematian
meningkat 10 x lipat di bandingkan dengan penderita DBD tanpa renjatan, dan
renjatan dapat terjadi karena keterlambatan mendapatkan
pertolongan/pengobatan, dan
penatalaksanaan yang kurang tepat.
• Cairan kristaloid
tetap pilihan utama, ditambah oksigenasi 2-4 L/menit.
• Periksa darah perifer
lengkap, hemostasis, Analisis Gas Darah, elektrolit, ureum dan kreatinin.
• Fase awal : guyur
cairan kristaloid 10-20 ml/kgbb dan dievaluasi setelah 15-30 menit.
• Jika membaik cairan
diberikan 7 ml/kgbb/jam.
• Bila dalam 1-2 jam
tetap stabil, cairan diberikan 5 ml/kgbb/jam, bila 1-2 jam keadaan tetap stabil
turunkan menjadi 3 ml/kgbb/jam.
• Bila 24-48 jam paska
syok teratasi tanda-tanda vital dan hematokrit tetap stabil, infus harus
dihentikan.
• diuresis diusahakan 2
ml/kgbb/jam.
• Bila fase awal belum
teratasi cairan ditingkatkan menjadi 20-30 ml/kgbb/jam, evaluasi 20-30 menit.
• Bila belum teratasi
lihat Ht, bila nilai Ht meningkat berarti kebocoran plasma masih berlangsung –
pilihan terapi cairan koloid.
• Bila Ht turun berarti
ada perdarahan, lakukan tranfusi darah segar 10 ml/kgbb.
• Cara pemberian cairan
koloid sebaiknya kita harus mengetahui sifat-sifat cairan tsb.
• Pemberian koloid
mula-mula di berkan dengan tetesan cepat 10-20 ml/kgbb/jam dievaluasi setelah
10-30 menit.
• Bila belum membaik
pasang kateter vena sentral untuk memantau kecukupan cairan, naikkan cairan
sampai maksimum 30 ml/kgbb (maksimal 1-1,5 L/hari).
• Bila belum teratasi ,
koreksi gangguan asam basa, elektrolit, hipoglikemi, anemia, KID dan infeksi
sekunder.
• Bisa diberikan
inotropik atau vasopresor apabila tekanan vena sentral penderita sudah sesuai
dengan target tetapi renjatan tetap belum teratasi.
Komplikasi
•
Kelainan Ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal sebagai
akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik.
•
Ensefalopati Dengue
Umumnya terjadi sebagai
komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan, Penyebabnya berupa edema
otak perdarahan kapiler serebral, kelainan metabolik, dan disfungsi hati.
Pencegahan
IReferensi:
• Buku Panduan Pelayanan
Medik PAPDI
• Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam UI Edisi 4
• Penyakit Tropis Erlangga
Medical Series
• Buku Panduan Praktis Ilmu
Penyakit Dalam Edisi 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar