Jurnal Kedokteran; Azhari Maulana
Abstrak
Latar belakang: Dewasa ini Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
semakin menarik untuk dibicarakan karena prevalensi dan angka mortalitasnya
terus meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan sebagai
penyakit tersering diderita, peringkatnya akan meningkat dari ke-12 menjadi
ke-5 pada tahun 2020. Metodologi: Penelitian ini bersifat deskriptif
yang akan menilai gambaran penderita PPOK eksaserbasi yang dirawat inap di
RSUD. Dr. Pirngadi Medan tahun 2011. Hasil: Penderita PPOK eksaserbasi yang dirawat inap
berdasarkan sosiodemografi terbanyak berusia 60-69 tahun (40,2%) dengan
laki-laki (75,6%). Riwayat pendidikan terbanyak adalah tingkat menengah (85,4%)
dengan pekerjaan wiraswasta (40,2%). Pasien datang dengan keluhan sesak napas (93,9%). Pemeriksaan
foto toraks (13,4%) dengan gambaran diafragma mendatar. Pemeriksaan
bakteriologi (3,7%) di jumpai bakteri Klebsiella sp. Pada pemeriksaan
hematologi, hemoglobin (48,8%) rendah, hematokrit (59,8%) normal, leukosit
(47,6%) normal, eritrosit (11%) normal, PCO2 (18,3%) menurun, PO2
(12,2%) meningka, dan SaO2 (22%) normal. Penderita PPOK mendapat
terapi antibiotik (51,2%) golongan sefalosporin, bronkodilator (54,7%) golongan
agonis beta-2 kerja singkat secara inhalasi (58,2%) dengan terapi kombinasi
(54,3%) 2 golongan. Pasen di rawat inap (59,8%) selama 1-7 hari. Kesimpulan:
PPOK masih menjadi masalah di kota Medan. Hal ini ditambah dengan masih kurang
lengkapnya fasilitas rumah sakit serta belum didukung dengan pencatatan rekam
medis yang baik.
Kata Kunci : PPOK, eksaserbasi, epidemiologi,
RSUD DR. Pirngadi
Abstract
Background:
Nowadays, Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) becomes more interesting
to discuss because of the prevalence and amount of mortality has increase.
World Health Organization (WHO) estimates it as the most often
suffered disease. The rangking will increase from 12th to 5th in 2020. Methodology: This is a descriptive
research that will evaluate the picture of COPD exacerbations of
hospitalized patients in Hospital Dr. Pirngadi Medan in 2011.
Result: COPD exacerbations
patients which were hospitalized seen by sociodemographic the
most patients at the age of 60-69 years old (40.2%), mostly
in male patients (75.6 %). History of secondary
education is the largest (85.4%) with self-employed work history (40.2%). Patients
with COPD exacerbations which were hospitalized with
complaints the shortness of breath (93.9%). On inspection of thoracic
photo (13.4%) with a picture of a horizontal diaphragm. Bacteriological inspection (3.7%)
encountered Klebsiella sp. bacteria.
On hematology inspection, low (48,8%) hemoglobin,
hematocrit inspection (59,8%) normal, leukocytes
(47,6%) normal, PCO2 (18,3%) decrease, PO2 (12,2%)
increase, and SaO2 (22%) normal, patients received antibiotic
therapy (51.2%) cephalosporin type, bronchodilator (54,7%)
beta-2 agonist group shortly by inhalation (58,2%) by combination
therapy (54,3%) 2 groups. Hospitalized patients (59,8%) for 1-7
days. Conclusion: COPD remains a
problem in Medan. This problem compounded by the lackness of hospital
facilities and has not been supported by good medical record.
Keywords: COPD, exacerbations, epidemiology, Dr. Pirngadi
Hospital Medan
Pendahuluan
Dewasa ini Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) semakin menarik untuk dibicarakan karena prevalensi
dan angka mortalitas yang terus meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan
bahwa menjelang tahun 2020 prevalensi PPOK akan meningkat. Sebagai penyakit
tersering yang diderita, peringkatnya akan meningkat dari ke-12 menjadi ke-5
(Sudoyo dkk, 2006).
Data di dunia pada tahun 2007
menunjukkan bahwa PPOK mengenai 210 juta jiwa. Penyakit ini sebagai penyebab
kematian ke-5 pada tahun 2002 dan akan meningkat menjadi ke-4 pada tahun 2030
(WHO, 2007).
Di Amerika Serikat kasus
kunjungan pasien PPOK di instalasi gawat darurat mencapai angka 1,5 juta dimana
726.000 jiwa diantaranya memerlukan perawatan di rumah sakit dan 119.000 jiwa
meninggal selama tahun 2000 (Sudoyo dkk, 2006). Sedangkan data pada tahun 2002,
menunjukkan bahwa sekitar 24 juta orang dewasa terkena PPOK (WHO, 2007). PPOK
merupakan penyebab utama ke-4 kematian di negeri ini (Mosenifar,
2011).
Di Indonesia tidak ada data
yang akurat tentang kekerapan PPOK. Pada Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
Depkes RI 1992 menunjukkan angka kematian karena asma, bronkitis kronik dan
emfisema menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering kematian di
Indonesia (PDPI, 2003). Data pada tahun 2007 di Indonesia menunjukkan bahwa
PPOK dan asma mengenai 10.230.000 jiwa pada pria dan 5.240.000 jiwa pada wanita
(WHO, 2007).
Penelitian yang dilakukan
di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009 menunjukkan bahwa sebanyak 54 orang
menderita PPOK dimana 25 orang (46,3 %) mempunyai riwayat merokok sementara 29
orang (53,7%) tidak merokok. Sementara kelompok umur 61-70 tahun merupakan
kelompok tertinggi yaitu sebanyak 12 orang. Dari 25 orang yg merokok, 12 orang
(48%) merupakan perokok aktif sementara 13 orang (52%) lagi dikategorikan
sebagai bekas perokok (Nisa, 2010).
Pada penelitian ini saya
memaparkan bagaimana gambaran penderita PPOK eksaserbasi yang di rawat
inap di RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 yang dinilai berdasarkan
sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan), keluhan utama,
hasil rontgen toraks, hasil pemeriksaan bakteriologi, hasil pemeriksaan
hematologi, jenis antibiotic yang sering dipakai, jenis bronkodilator yang
sering dipakai, dan lama perawatan di rumah sakit.
Metode
Penelitian ini bersifat deskriptif yang akan menilai
gambaran penderita PPOK eksaserbasi di
RSUD Dr. Pirngadi Medan periode Januari sampai Desember 2011. Data pada penelitian
ini berasal dari data sekunder yaitu Rekam Medis.
Hasil
Diskusi
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Alsagaff, H., Mukty, A.,
2006. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press: Surabaya.
Asdie, A.H., 2000. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.
vol. 3, ed. 13. EGC: Jakarta.
Ekayuda, I., 2009. Radiologi
Diagnostik. ed 2. Balai Penerbit FK UI: Jakarta.
Guyton, A.C., Hall, J.E., 2007. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. ed. 11.
EGC: Jakarta.
Junaidi, I., 2010. Penyakit
Paru dan Saluran Napas. PT Bhuana Ilmu Populer: Jakarta.
Kosasih, A., Susanto, A.D., Pakki, T.R., Martini, T., 2008. Diagnosis & Tatalaksana Kegawatdaruratan Paru
Dalam Praktek Sehari-hari. Sagung Seto: Jakarta.
Kowalak, J.P., Welsh, W., Mayer, B., 2011. Buku
Ajar Patofisiologi. EGC: Jakarta.
Mukono, H. J., 2003. Pencemaran
Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran Pernapasan. Airlangga
University Press: Surabaya.
Notoatmodjo, S.,
2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rine Ka Cipta: Jakarta.
Persatuan Dokter Paru
Indonesia, 2003. Penyakit Paru Obstruktif Kronik Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia. PDPI: Jakarta.
Persatuan Dokter Paru
Indonesia., 2010. Penyakit Paru Obstruktif Kronik Pedoman Praktis Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia. PDPI: Jakarta.
Rab, T., 2010. Ilmu
Penyakit Paru. Trans Info
Media: Jakarta.
Ringel, E., 2012. Buku Saku Hitam Kedokteran Paru. PT. Indeks:
Jakarta.
Sastroasmoro, S., 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. ed 4. Sagung Seto: Jakarta.
Sudoyo, A. W., Setyobadi,
B., Alwi.I., Marcellus, S.K., Setiati.S., 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. jilid II, ed. IV. FK UI: Jakarta.
Wahyuni, A.S., 2007. Statistika Kedokteran. Bamboedoea Communication: Jakarta.
World Health Organization, 2007. Global Surveillance, Prevention and Control of Chronic Respiratory
Disease A Comprehensive
Approach. Available From:
PM}.