Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh spora Clostridium tetani
yang masuk melalui luka tali pusat, karena perawatan atau tindakan yang
tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu/
gunting yang tidak steril.
C. tetani hidup anaerob, berbentuk
spora selama diluar tubuh dan mengeluarkan toksin. Toksin ini dapat
menghancurkan sel-sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin
yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang menyebabkan ketegangan dan spasme
otot.
Patofisiologi
Biasanya penyakit ini terjadi karena adanya luka tusuk
yang dalam seperti tertusuk paku, pecahan kaca, kaleng, atau luka tembak. Pada
neonatus disebabkan oleh pemotongan tali pusat yang tidak steril, sehingga
menimbulkan keadaan yang anaerob.
Hipotesis mengenai cara absorbsi
dan berjalannya toksin:
- Toksin di absorbsi oleh ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawa ke kornu anterior susunan saraf pusat.
- Toksin di absorbsi oleh susunan limfatik, masuk ke sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan saraf pusat.
Toksin tersebut sangat mudah di
ikat oleh jaringan saraf dan bila dalam keadaan terikat, toksin tidak dapat
dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Namun toksin yang bebas beredar di dalam
pembuluh darah sangat mudah di netralkan oleh antioksidan.
Manifestasi Klinis
· Bayi
tiba-tiba panas dan tidak mau atau tidak dapat disusui lagi. Ini disebabkan
karena terjadinya trismos (susah membuka mulut).
·
Mulut mencucu seperti ikan.
·
Mudah kejang disertai sianosis.
·
Kaku kuduk sampai opistotonus.
·
Suhu meningkat.
·
Kejang tonik, terutama bila dirangsang.
·
Gelisah
Masa tunas biasanya 5-14 hari.
Penyakit ini biasanya mendadak dengan ketegangan otot semakin bertambahterutama
pada rahang dan leher. Dalam 48 jam penyakit ini menjadi nyata.
Diagnosis & Diagnosa Banding
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis riwayat persalinan dan pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala dari
tetanus neonatorum.
Diagnosa banding:
·
Meningitis (pada tetanus neonatorum kesadaran tidak menurun)
·
Spondilitis leher
·
Mastoiditis
·
Abses retrofaringeal
Penatalaksanaan
·
Diberikan cairan IV (IVFD)
o
Larutan glukosa 5 % : NaCl fisiologis = 4 : 1 selama
48-72 jam sesuai dengan kebutuhan, selanjutnya untuk memasukkan obat.
o
Bila sakit pasien sudah lebih dari 24 jam atau sering
kejang atau apnea diberikan larutan glukosa 10 % : Natrium Bikarbonat 1,5 % = 4
: 1
o
Bila setelah 72 jam belum memungkinkan diberikan minum
per-oral, maka berikan tambahan protein dan kalium melalui infus.
· Diazepam
·
ATS 10.000 U/ hari dan diberikan selama 2 hari
berturut-turut.
·
Ampisilin 100 mg/ kgBB/ hari dibagi 4 dosis secara IV
selama 10 hari.
·
Tali pusat dibersihkan dengan alkohol 70% atau betadin.
·
Perhatikan jalan nafas, diuresis dan keadaan vital
lainnya.
Komplikasi
·
Bronkopneumonia
·
Asfiksia dan sianosis akibat obstruksi jalan nafas oleh
sekret
·
Sepsis neonatorum
Pencegahan
Toksoid tetanus diberikan 3 kali
berturut-turut pada trimester 3 kehamilan sangat bermakna mencegan tetatus
neonatorum. Sterilisasi harus dijaga pada waktu pemotongan tali pusat dan juga
perawatan tali pusat selanjutnya.
Referensi: Buku Kuliah Ilmu
Kesehatan Anak FK UI edisi 4, Jakarta, 1985